PELAJARAN BAGI SEMUT KECIL
“Lifa...!” suara Kakek
memanggil nama cucunya.
Lifa adalah seekor semut kecil yang hidup di dekat hutan. Lifa
merupakan semut yang pintar dan riang. Lifa hidup bersama Kakeknya. Pagi itu,
Lifa sedang tertidur di kamarnya. Ia mendengar kakek memanggilnya, dan ia pun
terbangun dari tempat tidurnya dan menghampiri Kakek yang berada di belakang
rumah.
“Iya kakek, ada apa?”
jawab Lifa.
“Kemarilah Lifa,
lihat! Hari sudah mulai siang. Apakah kau bisa membantu kakek mencari makanan di
hutan?” ajak kakek.
Selama ini Lifa belum pernah diajak ke hutan
oleh Kakeknya, tentu saja ia sangat senang sekali. Ia sangat penasaran dengan
semua binatang yang hidup di hutan. Ia berharap akan mendapat teman baru ketika
di hutan nanti.
“Benarkah Kakek ingin
mengajakku? Tentu aku akan membantumu Kakek, aku juga ingin sekali bertemu
dengan binatang-binatang lain di hutan. Semoga Lifa mendapat teman baru ya Kek?”
jawab Lifa dengan gembira.
“Iya Lifa, Kakek yakin
banyak teman yang akan kau temui nanti. Musim hujan akan segera tiba, kita
harus mengumpulkan banyak makanan untuk simpanan selama musim hujan nanti.” ujar
kakek.
“Oke Kakek! Tapi Lifa
mau mencuci muka dulu ya kek.” sambung Lifa.
Setelah mencuci muka, Lifa dan kakek bergegas
berangkat ke hutan. Lifa sangat senang sekali, ia melihat berbagai binatang
yang belum pernah ia temui sebelumnya. Di tengah perjalanan, Lifa melihat
seekor burung terbang dan membawa semak-semak ke atas pohon.
“Kakek lihatlah!
Burung itu, ia sedang membuat apa dengan rumput kering itu?” tanya Lifa dengan penasaran.
Kakek pun tersenyum dengan lebar, melihat tingkah Lifa yang sangat
penasaran dengan segala sesuatu yang ia lihat. Lalu, Kakek pun menjawab
pertanyaan cucunya tersebut.
“Burung tersebut
sedang membuat rumahnya Lifa.” jawab kakek.
“Lifa tidak mengerti,
kenapa burung membuat rumah dengan semak-semak kering?” tanya Lifa lagi.
“Burung memang membuat
rumah dengan semak-semak kering itu Lifa, ia menyusunnya hingga menjadi bentuk
yang mereka inginkan dan dijadikan tempat tinggal mereka.” jelas Kakek.
“Wahh... seperti itu
ternyata, burung itu sangat sabar ya kek, membawa semak-semak tersebut dan
menyusunnya.” kagum Lifa.
Kakek selalu tersenyum setiap kali Lifa
bertanya tentang semua binatang yang ia temui di hutan. Tidak lama kemudian,
Lifa melihat binatang yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Binatang tersebut
berbadan tinggi sekali, warna kulitnya belang-belang seperti macan, akan tetapi
berleher panjang.
“Kakek lihatlah!
Binatang apa itu? ia berbadan tinggi dan kulitnya belang-belang.”, tanya Lifa
penuh semangat.
Kakek pun mejawab, “Itu adalah binatang jerapah Lifa.”
“Apa ia akan memakan Lifa,” tanya Lifa
lagi yang mulai takut kepada binatang tersebut.
“Tentu saja tidak
sayang. Jerapah adalah binatang pemakan rumput dan dedaunan, tentu ia tidak
akan memakan kita.” jelas kakek.
Lifa dan kakek pun melanjutkan perjalanan. Dan sampailah
mereka ke tempat yang terdapat banyak sekali makanan. Disana terdapat
buah-buahan ada rambutan, pepaya, dan macam buah lainnya.
Saat asyik
mengumpulkan makanan, Lifa melihat binatang Jerapah yang ia lihat di tengah
perjalanan tadi. Jerapah tersebut sedang memakan daun-daunan di pucuk pohon
yang tidak jauh dari tempatnya mengumpulkan makanan. Lifa yang penasaran akan
Jerapah langsung menghampiri Jerapah tersebut.
“Hai Jerapah, bolehkah
aku berkenalan denganmu?” tanya Lifa mencoba akrab.
Si Jerapah tidak mendengar suara Lifa yang
sangat lirih baginya. Lifa pun menyapa si Jerapah untuk kedua kalinya.
“Hai Jerapah..! aku
Lifa si semut kecil, aku ingin berkenalan denganmu.!” ucap Lifa dengan nada
keras.
Namun Jerapah tidak juga melihat si semut yang terus memanggilnya.
Lifa yang merasa jengkel, ia secara spontan menggigit kaki jerapah tersebut.
“Arrrhhggg...!!!”
teriak Jerapah kesakitan. “Hai semut kecil, apa yang kamu lakukan? Kenapa kau
menggigit kakiku?” tanya Jerapah penasaran.
Lifa yang dari tadi
memanggil jerapah pun marah dan menjawab dengan ketus, “aku dari tadi
memanggilmu, tapi kamu tidak mau melihatku, kenapa kau sombong sekali?”
Dari kejauhan kakek melihat Lifa sedang
bercakap-cakap dengan Jerapah di bawah pohon. Kakek sangat penasaran dengan apa
yang Lifa dan Jerapah bicarakan. Akhirnya kakek menghampiri Lifa dan jerapah.
“Apa yang terjadi
Lifa?” tanya kakek kepada cucu kesayangannya.
“Lihatlah kek, aku
ingin berkenalan dengan Jerapah tapi ia sombong sekali tidak mau menoleh ke
arahku.” jawab Lifa dengan memalingkan kepalanya ke arah lain.
“Apakah itu benar
Jerapah?” tanya Kakek kepada jerapah.
“Oh tidak kakek semut,
aku tadi sedang makan daun yang ada di atas pohon, jadi aku tidak mendengar
suara cucumu.” jawab Jerapah dengan bijak.
Lalu Kakek menjelaskan kepada Lifa bahwa Jerapah tidak mendengar
suara Lifa yang sangat lirih.
“Dengar lah Lifa
sayang, Jerapah tadi tidak mendengar suaramu. Semut memang berbadan kecil Lifa,
jadi kita harus mendekat ke arah Jerapah agar Jerapah mendengar apa yang kita
bicarakan.” jelas Kakek.
Lifa manggut-manggut mendengar penjelasan Kakek.
Lifa terlihat sangat menyesal karena telah menuduh jerapah yang tidak-tidak.
“Maafkan aku Jerapah,
aku telah menggigitmu dan menuduhmu sombong, padahal kamu benar-benar tidak
mendengarku.” maaf Lifa kepada Jerapah.
Akhirnya Lifa dan
jerapah saling memaafkan, lalu mereka mencari makan bersama-sama dengan kakek
dan semut-semut yang lainnya.
Ulfah Lailiyah
(1400002047)